Bullying di Sekitar Kita

Student at School Bullying
Illustration photo bullying at school

Bullying atau perilaku agresif baik dilakukan sengaja maupun tidak yang menggunakan kekuasaan atau kekuatan tertentu. Contohnya, Bullying yang terjadi di sekitar pelajar jaman sekarang.

Menurut Rigby (Astuti, 2008:3) tindakan bullying mempunyai tiga karakteristik terintegrasi, yaitu :

1. Adanya perilaku agresi yang menyenangkan pelaku untuk menyakiti korban

2. Tindakan itu dilakukan secara tidak seimbang sehingga menimbulkan rasa tertekan korban, dan

3. Perilaku itu di lakukan secara berulang-ulang dan terus-menerus.

Ada 4 Macam bentuk Bullying yang bisa kita ketahui, yaitu : Secara fisik, Verbal, Psikologis dan teror melalui Media Sosial. Berikut adalah contoh kasus dari tindakan Bullying :

Kasus 1 (Bullying secara Fisik)

Andri mendorong temannya dengan sengaja, memukul dan lalu memalak teman sekolahnya. Hal ini lazim dilakukannya karena ia ingin diakui sebagai orang yang mempunyai kekuasaan di sekolahnya. Menurutnya, jika ia melakukan hal tersebut akan membuat dirinya ditakuti oleh teman-temannya.

Kasus 2 (Bullying secara Verbal)

Suci adalah anak yang termasuk famous di sekolahnya. Karena merasa dirinya tinggi, ia suka memaki dan bahkan mengejek temannya. Tidak hanya itu, ia pun suka bergosip tentang kejelekan orang lain.

Kasus 3 (Bullying secara Psikologis)

Sebuah kelompok di sekolah menganggap diri mereka sebagai kelompok yang tinggi, karena berasal dari keluarga kaya. Mereka tidak mau berteman dengan anak kalangan bawah, bahkan mereka suka mengintimidasi mereka dengan kataan “Manusia kelas rendah.”

Dari hal tersebut bisa kita simpulkan, adanya perbedaan Kasta bisa mengakibatkan suatu tindak Bullying.

Kasus 4 (Bullying dengan Media Sosial)

Jaman teknologi dengan berbagai Media Sosial membuat para remaja sangat ketergantungan, akibatnya banyak remaja yang menyalahgunakan Media Sosial sebagai tempat pembully-an. Seperti halnya Mira, ia sangat ketergantungan dengan Media Sosial. Ia bahkan mengganti status sampai puluhan dalam satu hari. Suatu hari ia berkonflik dengan teman sebangkunya, akhirnya karena emosi ia pun mengeluarkan unek-uneknya di status terbarunya. Tidak disangka ternyata sumpah serampahnya di statusnya tersebut banyak disetujui oleh teman-teman sekelasnya yang berhasil menyudutkan teman sebangkunya. Mulailah kata-kata yang tidak sepantasnya keluar dan bahkan membuat masalah kecil menjadi panas. Sehingga setelah status tersebut, keesokan harinya teman sebangku Mira ikut dibenci oleh satu kelasnya sendiri.

Dari hal tersebut bisa kita simpulkan, bahwa Media Sosial bisa juga menjadi Sarana untuk membully seseorang, maka seharusnya kita lebih selektif lagi membuat status dan bijak dalam menggunakan Media Sosial sebagaimana mestinya.

Tidak dipungkiri lagi, masih ada anak-anak penerus bangsa yang sengaja maupun tidak sengaja melakukan Bullying. Bullying tersebut ternyata mempunyai dampak psikis untuk orang yang menjadi korban bully. Anak yang sudah menjadi korban biasanya akan menjadi Introvert dan tidak mau bergaul dengan teman sebayanya.

Dampak yang ditimbulkan oleh Bullying pada korban adalah mengganggu perkembangan mental dan sosial, kecil atau besarnya tindak Bullying tersebut kalau tidak ditindak lebih awal akan berujung dengan kematian. Bullying tersebut bisa diketahui dengan adanya perubahan sikap pada korban, yakni :

  • Korban Bullying akan takut atau phobia masuk sekolah
  • Gelisah berkepanjangan
  • Gangguan tidur (Insomnia)
  • Introvert dan tidak mau bersosial
  • Prestasi semakin lama menurun
  • Sensitive dan Agresif
  • Depresi dan merasa terkucilkan
  • Berkeinginan untuk mengakhiri Hidup

Banyak kasus tentang tindakan pembully-an yang berujung dengan kematian. Pada tahun 2013, Carlos Vigil (17) meninggal dunia akibat bunuh diri, bahkan melalui akun Twitternya, Carlos justru meminta maaf kepada teman-teman yang bertahun-tahun membully-nya.

“ Saya adalah orang yang tak memperoleh ketidak adilan di dunia ini, dan sudah waktunya bagi saya untuk meninggalkan dunia ini,” tulis Carlos di akun Twitternya.

Kisah Carlos membuat hati siapapun akan tergerak. Namun, apa kisah Carlos akan menghentikan siklus pembully-an yang ada di sekitar kita? Jawabannya, Tidak.

Maka dari itu, untuk mencegah berbagai kasus pembully-an harus ada penanganan dari Orangtua, Guru dan lingkungan sekitar. Bekali anak dengan kemampuan untuk membela dirinya sendiri, Sosialisasi melalui pembicaraan khusus terhadap Orangtua dan anak yang akan membantu anak tersebut untuk tidak menjadi korban tindak kekerasan. Dari pihak sekolah juga harus meningkatkan kesadaran akan tindak bullying, kebanyakan sekolah merasa acuh dengan hal tersebut, padahal pihak sekolah sangat berperan penting dalam menyuarakan kebijakan untuk anti-bullying. Sehingga murid yang menjadi korban merasa mendapatkan pertolongan dan perlindungan. Sebaliknya untuk pelaku, sekolah juga harus berkoordinasi dengan Orangtua pelaku untuk membantu mengatasi sikap pembully-an pada usia dini.

Leave your vote

This post was created with our nice and easy submission form. Create your post!