Yuk, Saling Belajar! 5 Hal Filosofi Kintsugi Dalam Memaknai Hari Raya

Filosofi Kintsugi
Ilustrasi gambar dari Filosofi Kintsugi (Image: Pexels.com)

Hitput.com – Seperti yang kita tau, hari raya identik dengan perayaan suci umat Islam terbesar sekaligus sebagai momen suka cita untuk saling intropeksi dan bermaaf-maafan sesama umat. Dalam menyambut suka cita Idul Fitri yang suci dan penuh ampunan. Banyak hal yang bisa menggambarkan mengenai hari raya Idul Fitri ini sebagai bentuk mengekspresikan kebahagian dan rasa penuh cinta.

Dalam hal ini, kami mengekspresikan hari raya yang suci ini dalam 5 Hal Filosofi Kintsugi yang secara garis besar yaitu, sebuah penjelasan dari seni tradisional asal Jepang yaitu dari teknik merangkai kembali keramik yang pecah dengan menggunakan campuran pernis bubuk emas sehingga menciptakan sebuah karya seni dengan nilai yang baru.

Dari 5 Hal Filosofi ini tergambar ibarat, manusia sebagai keramik yang pecah karena suatu kegagalan dan keputusasan dalam hidupnya, tetapi dapat menjadi kembali utuh dan dapat disatukan kembali menjadi lebih bagus dari sebelumnya yang mendefinsikan bahwa apapun yang terjadi semua ada jalan keluar dan solusi untuk memperbaiki, bagian kepingan itu berharga dan dapat diperbaiki dengan sebaik-baiknya. Dan ini sangat menggambarkan bulan Syawal yang penuh arti dan pengampunan untuk moment saling bermaaf-maafan dan menerima satu dengan yang lain.

Untuk melihat lebih dekat, berikut 5 hal dari Filosofi Kintsugi dalam memaknai hari raya yang perlu kamu ketahui.

Baca juga: Kisah Inspiratif Kakek Usia 65 Tahun si “Pahlawan Masyarakat”

1. Tidak selalu dendam terhadap apapun

Filosofi ini memaknai bagaimana hidup ini menerima atau mengambil pelajaran didalamnya. Dalam suasana hari Raya yang penuh pengampunan dan momen untuk saling bermaaf-maafan mengajarkan kita semua bahwa setiap orang untuk tidak dendam pada apapun, terbuka menerima keadaan dan memulai lembaran baru dengan keadaan positif dan lebih baik kedepannya. Kintsugi dalam hal ini merupakan wejangan bahwa setiap orang tidak lebih baik, setiap orang punya kesalahan, dan setiap orang penuh dosa. Untuk itu, jadikan momen hari Raya ebagai cakupan kita bermaaf-maafan dan menerima satu dengan yang lain dengan lapang dada.

2. Memulai Hal Baru Tanpa Ragu

Satu hal yang menjadi dasar dari Kintsugi yaitu menerima sesuatu dengan konteks belajar dan memulai hal baru. Untuk itu, dalam memaknai Idul Fitri dalam kaitannya dengan filosofi mengajarkan bahwa setiap orang punya perjalanan berbeda akan hidupnya, momen Idul Fitri seharusnya dijadikan acuan kita bersama untuk saling belajar dan memulai hal baru dengan pikiran positif dan juga tak ketingggalan menjadi momen refleksi kepada kesalahan yang pernah kita perbuat.

Baca juga: Restoran Tertua di Jakarta, Masih Ada Pengaruh Jepang?

3. Mengakui Kesalahan Dan Menerima Kesalahan Untuk Memaafkan

Secara filosofinya, Kintsugi mengartikan sebuah teknik merangkai kembali keramik yang pecah dengan menggunakan campuran pernis bubuk emas. Dalam memaknai Hari Raya penuh pengampunan, filosofi ini mengajarkan kita untuk terus intropeksi diri pada kesalahan, belajar dari kesalahan itu dan mengajarkan juga untuk memaafkan kesalahan yang pernah terjadi dalam kehidupan kita. Hal ini mengajarkan kita untuk berdamai kepada kesalahan dan memberi makna untuk kita semua untuk terus improve menjadi lebih baik.

4. Berdamai Dengan Ketidaksempurnaan

Siapapun kita, ketidaksempurnaan adalah hal yang wajar dalam hidup setiap orang sebagai manusia. Di bulan puasa yang telah kita lewati mengajarkan kita semua bahwa ketidaksempurnaan dalam diri kita bukan sebagai bahan kita insecure terhadap diri sendiri. Mulailah memaafkan dan belajar untuk menerima diri lebih. Dibalik kekuranganmu tersimpan beragam kelebihan yang bisa kamu tonjolkan dan lakukan. Perbaiki diri dan memaafkan keadaan menjadi lebih baik akan membuat anda menjadi diri sendiri untuk menerima.

Baca juga: Patut Dicoba, 11 Pengalaman Ini Sebelum Kamu Berumur 30 Tahun

5. Ubah Cara Pandang Menjadi Lebih Baik

Dalam memaknai bulan Syawal yang identik dengan bermaaf-maafan, bukan hanya diri sendiri kepada orang lain yang perlu melakukan tradisi bermaaf-maafan, tetapi diri sendiri pun juga perlu sebagai bentuk penerimaan diri sendiri akan sesuatu. Filosofi Kintsugi mengajarkan kita untuk terus menerima dan belajar dari setiap kesalahan, pola pikir kita dibentuk untuk merefleksikan kita bergerak menjadi lebih baik.

Kintsugi dalam momen hari Raya memberikan kita semua semangat menyambut hari-hari menjadi baik. Selama 1 bulan puasa dan memasuki bulan syawal, ini sudah mengajarkan bahwa  setiap perjalanan sudah ada proses didalamnya untuk memperbaiki, belajar menerima dan juga refleksi diri terhadap proses itu.

Itulah, tadi 5 hal dalam Filosofi Kintsugi dalam memaknai hari Raya sebagai perayaan suka cita umat Islam dan momen saling bermaaf-maafan satu dengan yang lain. Jadikan inspirasi bersama dan menambah pengetahuanmu mengenai hari raya Idul fitri dalam Filosofi tersebut untuk hidup menjadi lebih baik.

Leave your vote

15 Points
Upvote Downvote

This post was created with our nice and easy submission form. Create your post!

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here