Hitput.com – Doa khatam Al-Qur’an yang pernah dicontohkan Nabi artinya doa tersebut termuat dalam hadis. Karena hadis merupakan sikap, perkataan, dan perbuatan Nabi Muhammad SAW. Lantas doa manakah yang pernah dicontohkan Nabi?
Mengutip skripsi yang diunggah di Repository UIN Syarif Hidayatullah yang berjudul “Doa Khatmil Qur’an dalam Lampiran Mushaf Standar Indonesia”. Beberapa hadis berikut inilah yang menjelaskan tentang do’a khotmil Qur’an:
Hadis Pertama
“Dari Abu Hurairah, ia berkata: Adalah Rasulullah SAW berdo’a, ‘Allahumma ashlih lii diinil-ladzii huwa ‘ishmatu amrii, wa ashlih lii dunyaayal-latii fiihaa ma’aasyii, wa ashlih lii aakhiratil-latii fiihaa ma’aadii, waj’alil hayaata ziyaadatan lii fii kulli khoirin, waj’alil mauta raahatan lii min kulli syarrin’.”
“Ya Allah, baguskanlah agamaku untukku yang menjadi penjaga segala urusanku, baguskanlah duniaku untukku yang padanya kehidupanku, dan baguskanlah akhiratku yang menjadi tempat kembaliku. Jadikanlah hidup sebagai penambah segala kebaikan untukku, dan jadikanlah mati sebagai istirahat bagiku dari segala kejahatan”. (Hadis Riwayat: Muslim juz 4: 7802).
Baca Juga: Doa Khatam Qur’an dan Keutamaannya di Bulan Puasa
Hadis Kedua
“Dari Anas, ia berkata: Rasulullah SAW biasa berdo’a, ‘Rabbanaa aatinaa fid-dunyaa hasanah, wafil-aakhiroti hasanah, wa qinaa ‘adzaaban-naar’.”
“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan jagalah kami dari siksa neraka”. (Hadis Riwatat: Muslim juz 4: 2071).
Sementara itu, Imam al-Nawawi dalam kitab at-Tibyan fi Adab Hamalati Al-Qur’an secara eksplisit menganjurkan kepada orang yang selesai menuntaskan seluruh bacaan Al-Qur’an untuk berdo’a yang di dalamnya mengandung kemaslahatan bersama:
“Hendaklah dia bersungguh-sungguh dalam bedo’a dan mendo’akan hal-hal yang penting serta memperbanyak do’a untuk kebaikan kaum muslimin dan para pemimpin mereka.” Imam al-Nawawi menyebutkan do’a khatmil Qur’an dalam kitabnya al-Tib yan fi Adab Hamalati Al-Qur’an”. (Imam al-Nawawi, al-Tibyan fi Adab Hamalati al-Quran, Dar el-Minhaj, 184).
Doa Khatam Al-Quran yang Populer di Indonesia
Sementara itu doa khatam Al-Qur’an yang sangat populer di Indonesia adalah doa berikut:
اللَّهُمَّ ارْحَمْنِي بِالْقُرْآنِ وَاجْعَلْهُ لِي إِمَامًا وَنُورًا وَهُدًى وَرَحْمَةً، اللَّهُمَّ ذَكِّرْنِي مِنْهُ مَا نُسِّيتُ وَعَلِّمْنِي مِنْهُ مَا جَهِلْتُ وَارْزُقْنِي تِلَاوَتَهُ آنَاءَ اللَّيْلِ وَأَطْرَافَ النَّهَارِ وَاجْعَلْهُ لِي حُجَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ
“Allaahummar hamnaa bil qur-aan waj’alhu lii imaamaw wa nuuraw wa hudaw wa rahmah. Allaahumma dzakkirnaa minhu maa nasiinaa wa ‘allimnaa minhu maa jahilnaa, warzuqnaa tilaawatahu aanaa allaili wa athrafan nahaari waj’alhu lanaa hujjatan yaa rabbal ‘aalamiin.”
“Ya Allah, rahmatilah aku dengan Al-Qur’an. Jadikanlah ia sebagai pemimpin, cahaya, petunjuk, dan rahmat bagiku. Ya Allah, ingatkanlah aku atas apa yang terlupakan darinya. Ajarilah aku atas apa yang belum tahu darinya. Berikanlah aku kemampuan membacanya sepanjang malam dan ujung siang. Jadikanlah ia sebagai pembelaku, wahai tuhan semesta alam”.
Baca juga: Doa Khatam Al-Qur’an dan Keutamaannya
Lantas bagaimana kedudukan doa tersebut? Apakah benar Rasulullah membaca doa tersebut setiap mengkhatamkan Al-Qur’an?
Jadi, hadis yang memuat doa tersebut diriwayatkan oleh Abu Manshur al-Muzhaffar ibn al-Husain al-Dhahak dalam al-Syama’il. Keduanya dari jalur Abu Dzar al-Harawi dari riwayat Dawud ibn Qais.
Namun status hadisnya mu’dhal, yakni pada sanadnya ada dua rawi yang jatuh (terputus) secara berurutan. Sehingga hadis ini termasuk dengan sanad lemah.
Tetapi sejumlah ulama memperbolehkan do’a ini sesekali dibaca setelah mengkhatamkan Al-Qur’an. Namun tidak harus selalu dibaca setelah mengkhatamkan Al-Qur’an. (Imam an-Nawawi, at-Tibyan fi Adab Hamalati al-Quran, Dar el-Minhaj, halaman 184).